B. MOTIF – MOTIF
KORUPSI
1.
Motif Internal
Arti
motif internal dalam hal ini adalah motif yang timbul dari diri seseorang yang
melakukan korupsi. Motif internal itu antara lain (1) sikap terlalu mencintai
harta (hub al-dunya), (2) sikap tamak dan serakah, (3) sikap konsumtif dan
hedonis, (4) pemahaman agama yang dangkal, dan (5) hilangnya nilai kejujuran.
a.
Sikap
Terlalu Mencintai Harta (Hub al-Dunya)
Menurut K.H. Bisri Mustofa, akar segala
permasalahan korupsi adalah hub al-dunya (berlebihan dalam mencintai dunia).
Dunia yang seharusnya hanya sebagai wasilah berubah menjadi tujuan akhir.
Dengan memandang dunia sebagai tujuan akhir, seseorang akan berlomba – lomba
mengumpulkan harta benda sebanyak – banyaknya dengan cara apapun yang bisa
dilakukan, tidak peduli halal atau haram. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa
cinta dunia adalah pangkal segala kejahatan (HR.Al-Baihaqi). Dalam hadist lain
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Jika cinta dunia telah menjangkiti hati
manusia, maka Allah mengujinya dengan tiga hal : angan- angan yang tidak pernah
tercapai, kefakiran yang tidak pernah tercukupi, dan kesibukan yang selalu
melelahkan” (HR.Al-Dailami)
b.
Sikap
Tamak dan Serakah
Tamak dan serakah merupakan dua sikap
yang sering mengakibatkan umat manusia mengalami kehinaan dan kehancuran, sebab
kedua sikap ini mengantarnya kepada sikap tidak pernah puas dan tidak pernah
merasa cukup, meskipun harta yang dimilikinya melimpah ruah. Para koruptor
umumnya bukan orang – orang miskin, tetapi orang – orang kaya yang sudah
bergelimang harta. Sikap serakalah yang menjadikan mereka tidak pernah puas
untuk menumpuk kekayaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S.
Al-Ra’d : 18 yang artinya :
“Bagi orang – orang yang memenuhi seruan
TuhanNya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang – orang yang tidak
memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi,
dan ditambah sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan membuat
dirinya dengan kekayaan itu. Orang – orang itu disediakan baginya hisab yang
buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahannam dan itulah seburuk – buruk
tempat kembali”
Parahnya, orang – orang yang serakah
tidak akan berhenti menumpuk kekayaan sebelum ajal datang menjemputnya. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
“Seandainya anak adam mempunyai satu
lembah harta, niscaya dia akan mencari yang kedua, dan seandainya dia telah
punya yang kedua, niscaya dia akan cari yang ketiga. Dan tidaklah dapat
memenuhi perut anak adam kecuali tanah (kematian). Dan Allah menerima taubat hamba-Nya
yang mau bertobat” (HR. Bukhari dan Muslim)
c.
Sikap
Hidup Konsumtif dan Hedonis
Sikap konsumtif adalah sikap yang
berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi atau membelanjakan harta tanpa peduli paada
nasib orang lain. Sementara hedonis adalah sikap yang menganggap kesenangan dan
kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Dengan dua sikap tersebut
manusia tidak segan menghalalkan segala cara, termasuk korupsi, untuk
mendapatkan harta yang berlimpah. Harta yang berlimpah. Harta yang berlimpah inipun
tidak memberi rasa puas, ia selalu merasa kurang setiap saat. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
“Rasulullah SAW bersabda : Celakalah
hamba dinar dan hamba dirham, hamba permadani, dan hamba baju. Apabila ia
diberi maka ia puas dan apabila ia tidak diberi maka iapun menggerutu kesal”
(HR.Ibnu Majah)
d.
Pemahaman
Agama yang Dangkal
Pemahaman agama yang dangkal dan
keyakinan serta penghayatan agama yang lemah merupakan faktor penyebab
seseorang melakukan korupsi. Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia
beragama Islam, tetapi kasus korupsi
masih tejadi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku korupsi itu
adalah orang islam.
Padahal sesungguhnya shalat, salah satu
ajaran agama Islam yang terpenting, dapat mencegah seseorang dari perbuatan
keji dan munkar termasuk di dalamnya mencegah perbuatan korupsi. Namun
kenyataannya banyak orang yang rajin melaksanakan ibadah ritual, seperti
shalat, puasa, zakat, haji tetapi mereka tetap melakukan korupsi. Hal ini
disebabkan oleh karena pelaksanaan ajaran agama itu tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan sekaligus tidak mendalami makna yang terkandung
dalam ibadah itu. Ibadah yang mereka laksanakan baru sebatas ibadah ritual
seremonial, belum teraktualisasi dalam kehidupan.
e.
Hilangnya
Nilai Kejujuran
Kejujuran adalah aset yang sangat
berharga bagi orang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sebab kejujuran
mampu menjadi benteng bagi seseorang untuk menghindari perbuatan-perbuatan
munkar seperti perbuatan korupsi ini. Hanya saja nilai – nilai kejujuran telah
hilang dari pelaku – pelaku korupsi itu. Oleh karena itulah maka sejak kecil
dalam rumah tangga dan di sekolah seharusnya ditanamkan nilai – nilai kejujuran
kepada anak – anak. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Katakanlah yang benar itu walau pahit
sekalipun” (HR. Ibnu Hibban)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar