Selasa, 05 November 2013

Pendidikan Agama Islam : Motif Internal Korupsi



B. MOTIF – MOTIF KORUPSI
1. Motif Internal
Arti motif internal dalam hal ini adalah motif yang timbul dari diri seseorang yang melakukan korupsi. Motif internal itu antara lain (1) sikap terlalu mencintai harta (hub al-dunya), (2) sikap tamak dan serakah, (3) sikap konsumtif dan hedonis, (4) pemahaman agama yang dangkal, dan (5) hilangnya nilai kejujuran.
a.      Sikap Terlalu Mencintai Harta (Hub al-Dunya)
Menurut K.H. Bisri Mustofa, akar segala permasalahan korupsi adalah hub al-dunya (berlebihan dalam mencintai dunia). Dunia yang seharusnya hanya sebagai wasilah berubah menjadi tujuan akhir. Dengan memandang dunia sebagai tujuan akhir, seseorang akan berlomba – lomba mengumpulkan harta benda sebanyak – banyaknya dengan cara apapun yang bisa dilakukan, tidak peduli halal atau haram. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kejahatan (HR.Al-Baihaqi). Dalam hadist lain Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Jika cinta dunia telah menjangkiti hati manusia, maka Allah mengujinya dengan tiga hal : angan- angan yang tidak pernah tercapai, kefakiran yang tidak pernah tercukupi, dan kesibukan yang selalu melelahkan” (HR.Al-Dailami)

b.      Sikap Tamak dan Serakah
Tamak dan serakah merupakan dua sikap yang sering mengakibatkan umat manusia mengalami kehinaan dan kehancuran, sebab kedua sikap ini mengantarnya kepada sikap tidak pernah puas dan tidak pernah merasa cukup, meskipun harta yang dimilikinya melimpah ruah. Para koruptor umumnya bukan orang – orang miskin, tetapi orang – orang kaya yang sudah bergelimang harta. Sikap serakalah yang menjadikan mereka tidak pernah puas untuk menumpuk kekayaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ra’d : 18 yang artinya :
“Bagi orang – orang yang memenuhi seruan TuhanNya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang – orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi, dan ditambah sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan membuat dirinya dengan kekayaan itu. Orang – orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahannam dan itulah seburuk – buruk tempat kembali”
Parahnya, orang – orang yang serakah tidak akan berhenti menumpuk kekayaan sebelum ajal datang menjemputnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
“Seandainya anak adam mempunyai satu lembah harta, niscaya dia akan mencari yang kedua, dan seandainya dia telah punya yang kedua, niscaya dia akan cari yang ketiga. Dan tidaklah dapat memenuhi perut anak adam kecuali tanah (kematian). Dan Allah menerima taubat hamba-Nya yang mau bertobat” (HR. Bukhari dan Muslim)

c.       Sikap Hidup Konsumtif dan Hedonis
Sikap konsumtif adalah sikap yang berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi atau membelanjakan harta tanpa peduli paada nasib orang lain. Sementara hedonis adalah sikap yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Dengan dua sikap tersebut manusia tidak segan menghalalkan segala cara, termasuk korupsi, untuk mendapatkan harta yang berlimpah. Harta yang berlimpah. Harta yang berlimpah inipun tidak memberi rasa puas, ia selalu merasa kurang setiap saat. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Rasulullah SAW bersabda : Celakalah hamba dinar dan hamba dirham, hamba permadani, dan hamba baju. Apabila ia diberi maka ia puas dan apabila ia tidak diberi maka iapun menggerutu kesal” (HR.Ibnu Majah)

d.      Pemahaman Agama yang Dangkal
Pemahaman agama yang dangkal dan keyakinan serta penghayatan agama yang lemah merupakan faktor penyebab seseorang melakukan korupsi. Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam,  tetapi kasus korupsi masih tejadi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku korupsi itu adalah orang islam.
Padahal sesungguhnya shalat, salah satu ajaran agama Islam yang terpenting, dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar termasuk di dalamnya mencegah perbuatan korupsi. Namun kenyataannya banyak orang yang rajin melaksanakan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, haji tetapi mereka tetap melakukan korupsi. Hal ini disebabkan oleh karena pelaksanaan ajaran agama itu tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sekaligus tidak mendalami makna yang terkandung dalam ibadah itu. Ibadah yang mereka laksanakan baru sebatas ibadah ritual seremonial, belum teraktualisasi dalam kehidupan.
 
e.       Hilangnya Nilai Kejujuran
Kejujuran adalah aset yang sangat berharga bagi orang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sebab kejujuran mampu menjadi benteng bagi seseorang untuk menghindari perbuatan-perbuatan munkar seperti perbuatan korupsi ini. Hanya saja nilai – nilai kejujuran telah hilang dari pelaku – pelaku korupsi itu. Oleh karena itulah maka sejak kecil dalam rumah tangga dan di sekolah seharusnya ditanamkan nilai – nilai kejujuran kepada anak – anak. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Katakanlah yang benar itu walau pahit sekalipun” (HR. Ibnu Hibban)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar